Dalam langkah diplomasi bisnis yang menarik perhatian industri alas kaki global, CEO Danantara, Arif Wijaya, bertemu langsung dengan perwakilan senior dari New Balance, produsen sepatu asal Amerika Serikat, pada Selasa (14/05) di Boston. Pertemuan ini difokuskan pada isu yang tengah memanas di sektor perdagangan global: perang tarif antara negara-negara produsen dan pasar utama dunia.
Konteks Perang Tarif: Ancaman atau Peluang?
Perang tarif yang berlangsung antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa telah memberikan dampak luas bagi rantai pasok industri alas kaki. Kenaikan bea masuk, pembatasan ekspor, hingga ketidakpastian logistik mendorong perusahaan global untuk mencari mitra strategis baru.
Menurut Arif, “Perang tarif bukan hanya tantangan, tapi juga peluang. Kami melihat kebutuhan untuk membangun rantai pasok yang lebih fleksibel dan regional. Inilah alasan kami berdialog dengan New Balance.”
Fokus Kerja Sama: Diversifikasi Produksi dan Mitigasi Risiko
Dalam diskusi tertutup selama lebih dari dua jam, kedua pihak membahas peluang kerja sama dalam:
- Diversifikasi lokasi produksi, khususnya di Asia Tenggara
- Pengembangan supply chain yang lebih resilien
- Pemanfaatan FTA (Free Trade Agreement) di kawasan ASEAN
- Penguatan komitmen terhadap standar keberlanjutan
New Balance menyatakan ketertarikan untuk menjajaki kemungkinan menjadikan fasilitas manufaktur Danantara sebagai mitra produksi alternatif. Hal ini bisa mengurangi ketergantungan terhadap negara-negara yang terlibat langsung dalam konflik dagang.
Apa Artinya untuk Industri Alas Kaki Indonesia?
Jika kerja sama ini terealisasi, Indonesia berpotensi menjadi hub strategis baru dalam produksi alas kaki global. Hal ini tidak hanya akan memperkuat posisi Danantara di pasar internasional, tetapi juga membuka peluang lapangan kerja baru, alih teknologi, dan peningkatan daya saing industri lokal.
Ekonom perdagangan internasional, Dr. Ratna Pratiwi, menyebut langkah ini sebagai “strategi cerdas dalam menghadapi tekanan geopolitik ekonomi.”
Pandangan ke Depan: Kolaborasi yang Menjawab Tantangan Zaman
Pertemuan ini menandai langkah awal menuju kolaborasi yang dapat menjawab tantangan era perang tarif. Baik Danantara maupun New Balance sama-sama menyadari pentingnya adaptasi cepat terhadap perubahan lanskap global.
“Kerja sama lintas negara bukan hanya pilihan, tapi kebutuhan,” tutup Arif dalam sesi media singkat usai pertemuan.
Kesimpulan:
Langkah CEO Danantara menemui produsen New Balance mencerminkan pentingnya proaktivitas dalam menghadapi dinamika perdagangan global. Dengan strategi jitu, Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam industri alas kaki dunia meski di tengah badai perang tarif.