Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama (Q1) 2025 tercatat hanya 4,8%, turun ke bawah target pemerintah sebesar 5%. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan perlambatan bandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan peringatan serius terkait kondisi ini. Ia menyebutkan bahwa tantangan global dan faktor domestik menjadi penyebab utama melambatnya pertumbuhan.
- Kelesuan Ekonomi Global – Permintaan ekspor melemah akibat resesi di sejumlah negara mitra dagang.
- Inflasi yang Masih Tinggi – Harga komoditas dan energi belum sepenuhnya stabil.
- Konsumsi Domestik yang Belum Pulih – Daya beli masyarakat masih tertekan.
- Ketidakpastian Politik Global – Konflik geopolitik memengaruhi stabilitas pasar.
Dalam konferensi pers, Sri Mulyani menyampaikan beberapa poin penting:
- Pemerintah akan memperketat pengelolaan APBN untuk menjaga defisit di batas aman.
- Dorongan investasi dan reformasi struktural harus dipercepat.
- Sektor UMKM perlu ditingkatkan agar bisa menjadi penyangga ekonomi.
“Kita tidak boleh lengah. Jika tidak ada langkah cepat, target pertumbuhan tahun ini bisa sulit tercapai,” tegasnya.
Meski Q1 kurang menggembirakan, pemerintah masih optimis pertumbuhan bisa mencapai 5,1-5,3% di akhir tahun dengan catatan:
✅ Stimulus fiskal tepat sasaran
✅ Pemulihan ekspor dan investasi
✅ Stabilitas harga pangan dan energi
Apa Dampaknya bagi Masyarakat?
- Harga kebutuhan pokok mungkin masih fluktuatif.
- Lapangan kerja bisa terdampak jika pertumbuhan tidak membaik.
- Bunga kredit mungkin tetap tinggi untuk mengendalikan inflasi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di Q1 2025 di bawah ekspektasi, tetapi masih ada peluang untuk bangkit di sisa tahun ini. Kebijakan fiskal dan moneter yang tepat akan menjadi kunci pemulihan.